Jumat, 15 Agustus 2008

Analisis Gempa Bumi Bantul, 27 Mei 206

Gempa bumi Yogyakarta Mei 2006

Gempa bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter[1]

Inna Lillahi wa inna ilaihi rajiun. Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah dan hanya kepada Allah kita akan kembali. Yogyakarta, 27 May 2006, di Parangtritis sedang direncanakan untuk diadakan acara pertunjukkan ketangkasan sepeda motor (motorcycle shows). Pagi itu cuaca di lokasi Pantai Parangtritis cukup cerah, penonton sudah banyak yg berdatangan. Hari itu, hari Sabtu dan merupakan waktu liburan sekolah, sehingga banyak yg ingin menyaksikan acara menarik ini. Tanpa disangka-sangka, gempa tektonik pada sabtu pagi 27 Mei 2006 dengan skala richter 5,9 telah menggoyang bumi yogyakarta dan Jawa Tengah. Sekali lagi Allah menunjukkan kekuasaanNya kepada umat manusia. Pada saat pemerintah dan masyarakat menunggu-nunggu lahar dari gunung Merapi, dan mempersiapkan segala sesuatu akibat letusan gunung, ternyata yang terjadi bukan ledakan gunung, tetapi gempa tektonik yang berasal dari pergeseran lempengan bumi di bawah laut, sehingga mengakibatkan hancurnya gedung-gedung di kawasan Bantul, Sleman, Kulonprogo, Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah. Ribuan rumah di Bantul rata dengan tanah, ribuan jiwa meninggal dunia menghadap Illahi akibat terkena reruntuhan bangunan, ini semua merupakan peringatan dari Allah untuk kita semua. Ini juga merupakan musibah Nasional dan pada waktu yang sama ini merupakan ujian keimanan dan ujian untuk meningkatkan pahala. Jika kita bersabar dalam menghadapi musibah tersebut maka pahala akan dapat kita raih dan ukuran tingkat iman kita akan naik beberapa derjat; tetapi jika kita tidak sabar, atau sampai mengeluh kepada Tuhan mengapa bencana terjadi, maka berarti kita telah mengalami degradasi iman. Bagi mereka yang meninggal dunia, mereka telah dipilih Allah untuk menjadi syuhada, sebab mereka meninggal akibat musibah yang terjadi. Jika dalam hadis disebutkan bahwa mereka yang meinggal akibat sakit perut, akibat tenggelam dapat menjadi syahid, maka dapat kita qiyaskan juga mereka yang meninggal akibat terkena runtuhan bangunan, akibat bencana ini juga merupakan syuhada sebab mereka terkena musibah dan bencana alam. Pada tahun 1867 di Yogyakarta pernah terjadi gempa bumi yang merobohkan 372 rumah, 5 orang meninggal dunia. Pada Tahun 1943 terjadi lagi, 2800 rumah hancur, 213 orang meninggal, 2096 orang luka. Tahun 1981 gempa di Yogyakarta mengakibatkan dinding Hotel Ambarukmo retak-retak. Dari isu yang beredar di masyarakat, gempa itu adalah akibat dari ledakan Bom Nuklir. Isu tersebut sebenarnya adalah kabar bohong belaka.

.

Gempa Yogya Mei 2006

Tanggal 27 Mei 2006 Kekuatan 5,9 SR Lokasi Yogyakarta, Indonesia Korban
tewas

sumber: Depsos, 1 Juni 2006, 07:00 WIB

Korban

Korban tewas menurut laporan terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB, berjumlah 6.234 orang[2] dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh.

Lokasi dan kerusakan yang diakibatkan

a. Lokasi gempa

Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26° LS dan 110,31° BT pada kedalaman 33 km.itu di release sesaat terjadi gempa. Setelah data dari berbagai Stasiun yang dipunyai jejaring BMG dan dilakukan perhitungan, update terakhir BMG menentukan pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT(update ke tiga) pada kedalaman 11,3 Km dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body) atau setara 6.3 SR Mw (Magnitude Moment).USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya.

b. Gempa susulan

70% rumah di kecamatan Jetis rata dengan tanah

70% rumah di kecamatan Jetis rata dengan tanah

Gempa susulan terjadi beberapa kali seperti pada pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB. Gempa bumi tersebut mengakibatkan banyak rumah dan gedung perkantoran yang rubuh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi. Bahkan sampai H + 7 sesudah gempa, banyak lokasi di Bantul yang belum teraliri listrik. Gempa bumi juga mengakibatkan Bandara Adi Sutjipto ditutup sehubungan dengan gangguan komunikasi, kerusakan bangunan dan keretakan pada landas pacu, sehingga untuk sementara transportasi udara dialihkan ke Bandara Achmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo.

Sebab dan peristiwa sejenis

Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang dan 37.606 lainnya hilang.

Meskipun pada saat bersamaan Gunung Merapi yang juga berada di sekitar daerah tersebut sedang meletus, namun para pakar menyatakan kedua peristiwa ini tidak saling berhubungan sebagai sebuah sebab-akibat. Peningkatan aktivitas di gunung api tersebut tidak berhubungan dengan kejadian gempa. Hal ini ditunjukkan oleh tidak terdapatnya anomali aktivitas yang mencolok sesaat setelah gempa.

Analisis Gempa Bantul

Berdasarkan kajian Tim Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, kata 
pakar seismivitas Dr Subagyo Pramumijoyo dan pakar kegempaan Dr 
Dwikorita Karnawati, gempa tektonik itu mengakibatkan kerusakan yang 
dahsyat karena mengaktifkan patahan Opak dan patahan di sekitarnya 
yang telah tertimbun material Gunung Merapi. 
 
Kajian itu menghasilkan pembahasan bahwa gempa bumi itu termasuk 
gempa dangkal. Jika dilihat dari mekanisme fokalnya, gempa terjadi 
pada Lempeng Eurasia yang berada jauh di utara batas subduksi 
Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia. 
 
Pada patahan terjadi dorongan ke utara dan ketika energi sudah tidak 
bisa terakomodasi lagi, energi tersebut akan dilepaskan dalam bentuk 
getaran yang diekspresikan sebagai pusat gempa. Getaran ini akan 
terdistribusi sepanjang patahan Kali Opak sehingga kerusakan 
terparah berada di sepanjang garis patahan, yaitu Pundong-Imogiri-
Prambanan-Gantiwarno. 
 
Selain itu, getaran juga menggerakkan patahan-patahan kecil yang ada 
di sekitar patahan Kali Opak yang telah tertimbun endapan Gunung 
Merapi. Patahan yang ada di daratan itu terbentuk sekitar lima juta 
tahun yang lalu. Patahan yang terkubur endapan Gunung Merapi itu 
berada di bawah daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan 
Kabupaten Bantul. 
 
"Bagian tengah DI Yogyakarta, mulai dari Sleman, Kota, dan Bantul 
merupakan graben (amblesan), sedangkan di bagian timur daratan naik 
membentuk perbukitan Gunung Kidul. Di bagian barat juga naik 
membentuk perbukitan Kulon Progo," kata Dwikorita menjelaskan. 
 
Sejarah geologi DI Yogyakarta yang penuh dengan patahan-patahan 
tersebut, lanjutnya, kemudian terisi material vulkanik Gunung 
Merapi. Saat ini jejak patahan itu sudah tidak tampak lagi sehingga 
banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya. Di atas patahan yang 
tertimbun pasir Merapi itulah dibangun kota-kota yang ada sekarang 
ini. 
 
Masyarakat Yogyakarta tidak paham, mereka hidup di atas zona patahan 
yang lemah. Zona itu rawan bergeser lagi jika ada getaran besar yang 
memicunya. 

Daftar Rujukan

http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Yogyakarta_Mei_2006

http://flashgamesite.com/live/video_w1w5jCUJSI4.html

http://www.freelists.org/archives/nasional_list/06-2006/msg00080.html

Tidak ada komentar: